Di usia prasekolah, anak seharusnya sudah lancar berbicara. Namun tak jarang, ada anak usia ini yang bicaranya gagap (stuttering). Banyak sekali kemungkinan penyebabnya meski penyebab utamanya sendiri tidak diketahui pasti (lihat boks “4 Penyebab”). Yang jelas, gagap tidak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Anak yang gagap umumnya normal, karena gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata.
4 PENYEBAB
1. Keturunan atau herediter.
Sebagian kecil gagap disebabkan faktor keturunan yang berarti anak membawa disposisi kondisi saraf yang membuat mereka rentan sulit bicara. Bila kedua orangtua sehat dan normal dalam bicara, tetapi ada salah seorang paman atau kakek yang gagap, anak membawa predisposisi kerentanan ini.
2. Faktor saraf.
Beberapa pakar dalam ilmu saraf berpendapat, adanya gangguan saraf menyebabkan gangguan koordinasi dari fungsi motorik untuk bicara. Gangguan saraf ini bisa disebabkan luka otak akibat proses persalinan yang sulit. Bisa juga karena kepala anak pernah terbentur, anak pernah kejang, atau pernah menderita infeksi serius, dan lainnya. Pada saat tersebut, terjadi proses penurunan kekuatan fungsi saraf secara menyeluruh.
3. Faktor emosi atau kecemasan.
Gagap bisa terjadi pada situasi-situasi tertentu terutama saat ada kecemasan. Pada saat bicara dalam situasi tersebut, terjadi spasmodik atau pemblokan suara terutama pada kata yang berawalan huruf b, d, s, dan t, yang butuh adanya penekanan. Jadi, gagap di sini bukan gangguan dalam organ bicara, melainkan representasi kondisi ketidakmatangan emosi yang tercerminkan pada gangguan berbicara. Biasanya ini dialami oleh anak-anak yang kurang percaya diri atau memiliki self esteem yang rendah.
4. Faktor gangguan simetri otak.
Proses pematangan otak terjadi sampai usia anak 2 tahun. Di usia 2-3 tahun sudah bisa dikenali mana bagian otak anak yang dominan. Bila anaknya berbakat kidal, orangtua mungkin masih bisa membenahinya di usia ini. Jika sudah lewat 3 tahun dan orangtua memaksakan anak melakukan kegiatan dengan tangan kanannya maka akan terjadi perubahan pada sistem kerja otaknya sehingga terjadi ketidakseimbangan yang membuat anak gagap.
5 TAHAP BICARA & BAHASA
Perkembangan bicara dan bahasa pada anak terbagi dalam 5 tahap yang harus menjadi perhatian orangtua, yaitu:
1. Reflexive vocalization
Pada usia 0–3 minggu, suara-suara atau tangisan yang dihasilkan bayi masih berupa refleks belaka yang tanpa disadari, tanpa kehendak atau bukan suatu respons atas lingkungan. Di atas usia itu barulah tangisannya bisa dibedakan apakah karena lapar dan sebagainya.
2. Babbling
Usia di atas 3 minggu sampai 2 bulan, anak mengeluarkan bunyi-bunyian seperti orang berkumur-kumur dengan nada dan kenyaringan yang berbeda-beda.
3. Lalling
Terjadi pada usia 2 bulan sampai 6 atau 7 bulan. Bayi mulai banyak mendengar dan bisa mengulang-ulang suku kata, seperti ba... ba..., ma... ma..., dan sebagainya.
4. Echolalia
Sejak usia 10 bulan si kecil sudah mendengar bunyi-bunyi dari lingkungannya, kemudian ia mencoba menirukannya—ia melakukan peniruan dan pengulangan bunyi dari usia sebelumnya —disertai dengan ekspresi wajah dan isyarat tangan. Jadi sudah ada penggunaan alat komunikasi lain untuk memperjelas maksud yang ingin disampaikannya.
5. True Speech atau bicara benar.
Umumnya anak sudah bicara secara benar di usia 18 bulan atau 1;6 tahun. Maksudnya, pola bicara anak sudah dimengerti, meski kemampuan artikulasinya belum memadai. Anak sudah mampu mengucapkan rangkaian kata atau membentuk kalimat.
5 KIAT TANGANI KEGAGAPAN ANAK
1. Carilah faktor kemungkinan penyebabnya.
Terapis akan mencari tahu, apakah ada faktor keturunan, atau karena emosi, dan gangguan saraf. Biasanya untuk mengetahui adanya kemungkinan faktor saraf ini dilakukan pemeriksaan EEG (dirujuk ke dokter ahli saraf anak). Bila yang terlihat adalah faktor kecemasan, tes dilakukan dengan memberikan stresor-stresor tertentu, salah satunya diminta mengulang-ulang kalimat. Hal ini untuk melihat bagaimana tingkat keparahan gagapnya. Orangtua pun harus menyadari kapan muncul gagap pada anaknya. Semakin sering frekuensinya semakin mengindikasikan keparahannya.
2. Dilakukan terapi.
Jika telah diketahui kemungkinan penyebabnya maka dilakukan terapi untuk menghilangkan gagapnya. Umumnya dilakukan terapi kognitif dan perilaku (behavior) serta relaksasi saat anak berhadapan dengan kecemasan.
3. Tingkatkan self esteem anak.
Untuk meningkatkan self esteem anak, diperlukan peran guru dan teman-temannya, serta orangtua dan anggota keluarga lainnya. Peran lingkungan tersebut amat penting bagi kemajuan anak gagap. Beri pengertian kepada guru dan teman-temannya (tentu tanpa sepengetahuan anak) untuk tidak mengejeknya tetapi bersikap biasa saja. Hal ini sangat membantu memulihkan rasa percaya dirinya.
4. Beri banyak reward positif.
Dalam mengeliminasi gagap anak, orangtua disarankan untuk tidak memberlakukan hukuman, melainkan menggunakan banyak reward serta motivasi. Bentuknya bisa berupa pujian dan kesenangan ketika anak berhasil mengerjakan suatu tugas. Pelaksanaannya tergantung pada anak karena masing-masing berbeda. Dengan reward ini diharapkan anak termotivasi dan memiliki rasa percaya diri serta self esteem yang baik.
5. Hindari faktor kecemasan.
Secara bertahap, hindari faktor yang memungkinkan anak cemas. Umpama, anak cemas bila harus bercerita di depan teman-temannya. Nah, orangtua bisa melatih anak dengan memintanya bercerita di depan orangtuanya sebelum dia melakukan tugas bercerita di hadapan teman-temannya. Bisa juga guru di kelas membantu anak saat bercerita di depan kelas dengan cara melakukan dialog atau memberikan tanya jawab akan pengalaman anak yang ingin diceritakannya, sehingga anak tidak terlalu cemas. Hindari pula anak dari situasi yang memberinya tekanan. Contoh, orangtua jangan mengatakan, ”Kalau ngomong jangan gagap, ya, Mama enggak suka.” Tekanan pada anak akan memperburuk kondisi gagapnya.
6. Lakukan dengan relaks.
Ketika anak berbicara, mintalah dia untuk melakukannya perlahan-lahan dan tenang. Kelancaran bicara tidak harus cepat tapi perlahan namun pasti. Terapi dilakukan secara bertahap, dari perlahan sampai cepat. Lakukan relaksasi, misalnya dengan mengajaknya menyanyi, membaca puisi, dan bermain peran yang sarat dialog. Biasanya pada tingkat ringan, gagap tidak muncul saat anak relaks. Berikan lagulagu kesukaannya untuk dinyanyikan dan dihafalkan agar dapat diulang-ulang.
Dedeh Kurniasih. Ilustrasi Pugoeh
Narasumber:
Tri Gunadi, OTR(Ind), S.Psi.,
dari Pusat Terapi Tumbuh Kembang Anak YAMET, Jakarta
Jumat, 10 Juli 2009
Duh, bicaranya, kok, gagap. Kasihan, si anak pasti tak nyaman
Diposting oleh Unknown di Jumat, Juli 10, 2009
Label: Artikel
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar